Senin, 23 Februari 2015

Wanita

Wanita...

Berharga bukan karena hubungan mereka dengan laki-laki tertentu,
entah itu dalam hal kebersamaan dengan mereka ataupun sekedar sebagai kesenangan bagi mereka
Berharga bukan karena ukuran lingkar pinggang, dan tinggi badan yang semampai
Berharga bukan karena wajah yang mempesona dengan dandanan yang berwarna warni
Berharga bukan karena banyaknya laki-laki yang menyukainya dan terkagum pada kecantikannya
Nilai Anda (wanita), diukur pada skala yang lebih tinggi,
yaitu skala KEBAJIKAN dan KETAQWAAN
Tujuan keberadaan kaum wanita bukanlah seperti apa yang dikatakan oleh majalah mode,
Namun ada sesuatu yang lebih luhur daripada sekedar terlihat menarik bagi kaum laki-laki
Kesempurnaan mereka (kaum wanita) dilihat dari hubungan antara dirinya dengan RABB nya,
hingga datang seorang pendamping yang menyempurnakan kehidupannya.

Kamis, 05 Juni 2014

(^^^^^^^^^)


Aku yang pernah mengering di kelopak matamu dan mengisyaratkan segala doa diatas naungan penantian,,
Terus saja mengikuti aroma kecintaanmu..
Pada ruang yg kelak kita hujami dg tawa dan kesedihan..
atau bahkan dg sebuah tanya yg mungkin menyisakan perih di tanah yg kita pijak brsama lalu memusarakan mimpi pd ombak dan desir angin yg kerap kali kita abaikan..
Aku yg pernah menitipkan setetes airmata digenangan tatapan tajammu pada sekepal bahagia yg menolak untuk dipecahkan..
bertanya pd dirimu.. "selain sukmaku yang menyeru nyerukan rahasia terdalam dari apa yg kau namakan cinta itu..
Adakah sisi lain serupa bisikan atau perasaan asing yg memojokkanmu dlm ketidak percayaan dan ketidak mampuanmu dlm pembenaran keruntuhan dinding ketegaran..?"
Ketika melihatmu menangis dan mengimani setiap nafasku adlh keinginanmu untuk menemukan jengkal2 rindu yg mengabarkan tentang cinta yang terdalam dari hati..
Yaaahh.. hati yang terangkat dg segenap asa lalu mengakhiri kesedihan dg senyum yg menikam dada..
Tdk utk sepatah kata cinta dari hujan aku memaknai rindunya..
Tidak pula untuk segala hal tentang kepedihan aku mengamini tangisnya..
Aku mengenalmu dlm ketiadaan yg tak pernah menunjukkan tentang arti airmata..
Serupa ketika sebuah riwayat dikumandangkan para penyair dlm khampaannya, lalu tak satupun kata menyisakan tentang arti tetesannya..
Aku berlari.. berlari dari semua itu..
Tertawa.. terus tertawa.. dan akhirnya titik nol membawaku kembali disini..
Untuk mengenalmu dlm jarak yg sempat tertahan..
"kita harus kembali" ..
"kita harus kembali" ..
Secarik kata yg terus terngiang Dlm pencarianku..
Dlm penantianmu..
Jika kesetiaan adalah sesuatu yg tak bisa kita ajak duduk bersama dalam bayang bayang pengingkaran..
Maka, reguklah air mata ini dlm kegersangannya..
Kita habiskan untuk menghapus dahaga dan ketidakpahaman akan sebuah kebencian pd mimpi yg membuat kita terjerat dlm nyanyian yang bernama kemungkinan..
Lalu diamlah berdiri pada puncak kenangan yang terlanjur menjadi suara suara ketulusan.
Dan.. tersenyumlah.. ketika melihatmu menangis dalam isak yang terbaur sebuah pengorbanan, maka ijinkanlah aku untuk menyembunyikan airmataku dalam diam..
dan dalam kecintaan..

Jumat, 30 Mei 2014

TAKUT

 "Sendza"

Kebaikan itu hanya menatap sayu,
melihat keluguan seorang pemuda yang mulai nampak lusuh raut mukanya..
Bagi beranda hati yang tak henti mengharap nur suci..
Bagi seonggok daging yang selalu berharap selamat saat kiamat..
Dengan apa malammu kau pertanggung jawabkan..
Sementara siangmu kerap kau abaikan..
Meski tak seindah mutiara yang dibuat dalam cangkang karang..
Nafsu bejat itu selelu berusaha dia jinakkan..
Nafsu..
Ketika dia mengharap sesuatu yang bukan haknya..
Nafsu..
Ketika semua orang harus sejalan dengan pemikirannya..
Nafsu..
Ketika dia mulai putus asa dengan indah pengharapannya..
Sedang saujana yang terlihat hanya tangisan hangat bunga rumput yang tertutup kelopak takut

Usai memutar biji tashbih…

Kenapa air mata ini tak mau keluar?
Dengan di iringi kepiluan…

''percuma tarian pena ku goreskan melukis syair- syair hikmah kehidupan!,
Sedang hatiku sendiri buta tuk membaca..

Jumat, 23 Mei 2014

"DOSA"

Seperti baris hitam di atas putih yang melebar luas di atas kanfas..
Terlalu jauh hingga menelanjangi naluri bersama serapah atheis..

Hukuman..
Masihkah berarti tanya bergulir menganulir anasir terpetik dari gumpalan dosa yang mengebiri satu janji yg di nukilkan dari Arasy..
Hingga palu api mencambuk mencukur lembar nyawa menukar dengan Bilur azab siksa..

Tapi jangan kamu fikir itu sebuah akhir dari lukisan karma..
TIDAK..!!!
Sendiri melukiskan peta kemuskilan terbantah angkuh kabar yang di definisi jelas dari samawi berelevansi kini..

Tapi
Jejak manis adalah neraka berkiblat terlupa..
Meski hilang segala punya mengakali benak..
Mati
Sakit
Terbuang keinginan dalam ruang pengampunan pendakian keinginan..
Sekali..
Cuma satu kali..
Takan terdengar lg penawaran..
Maka menangis lah tangis derita..

Kamis, 22 Mei 2014

"ALif"

Sendza

Ku tuliskan selarik kisah di antara kemuning senja..
Deretan luka yang berjejer dalam hatiku tiada lah yangg tau..
Bersimbah pedih dan nyeri melewati setiap pilihan hidup..
Alif lah aku dalam perjalanan ini..

Ku lihat rona senja mulai meredup diantara cakrawala yang hampir mrenggut terang..
Bentangan do'a,, ku labuhkan diantara mega yang mengambang..
Ini lah pilihan-Mu ya ROBB..
Ini lah ketentuan-Mu YA zaljalaali..
Kuatkan aku disetiap helaan nafasku..
Hibur lah aku di setiap sela ejaan membaca jawaban dari semua pertanyaan..

Selasa, 20 Mei 2014

Kerinduan



kubiarkan ombak mengusap kedua kakiku seperti menari-nari dalam buaian keriaan kalbumu..
Kupandang jauh di ufuk kebiruan berpadu yg menyatukan langit dan laut..
Namun waktupun sekejap berlalu beranjak dari pesona..
Dengan hamparan pasir mu debur ombak yang berdebar dan keceriaan tertawa tersenyum serta lesung pipimu bak guratan pasir..

jemari kokoh yang sesekali gelombang menyapanya..
waktu yang tak pernah kembali berjalan bahkan berlari..
Ijinkanlah kutemui tp bukan sekedar untaian mimpi..

Hitam Birumu

"Sendza"

Dentuman keras mnggelepar dalam hatiku
Remuk seluruh tulangku
Luluh semua nadiku
Ketika cacian itu kau lontarkan
Yang membuat ku berbalik arah

Seperti itu kah caramu menyayangiku?
Bak api membakar ranting kering menjadi debu
Mulut ku mampu memaafkan
Tapi hati masih terasa pedih
Seperti luka yg bertabur garam

Bukankah saat angin kehilangan desirnya
Daun kering enggan meluruhkan ratingnya?
Dan bukankah saat langit hilang kebiruannya
Burung pun menjadi enggan mengepakan sayapnya

Begitu pun dengan hati ini
Hilang lah kharismamu di mataku
Berubah mnjadi keji dengan sayatan lisan
Hingga membuat luka yang menganga
Dan hilang lah gugusan kepercayaan iniDentuman keras mnggelepar dlm hatiku
Remuk seluruh tulangku
Luluh semua nadiku
Ketika cacian itu kau lontarkan
Yg mmbuat ku berbalik arah

Sprti itu kah caramu mnyayangiku?
Bak api membakar rating kering mnjadi debu
Mulut ku mampu memaafkan
Tapi hati masih terasa pedih
Seperti luka yg bertabur garam

Bukankah saat angin kehilangan desirnya
Daun kering enggan meluruhkan ratingnya?
Dan bukan kah saat langit hilang kebiruannya
Burung pun menjadi enggan mengepakan sayapnya

Begitupun dengan hati ini
Hilanglah kharismamu di mataku
Berubah menjadi keji dengan sayatan lisan
Hingga membuat luka yang menganga
Dan hilanglah gugusan kepercayaan ini..