Selasa, 20 Mei 2014

''Ketika Kamu Menangis''

Aku yang pernah mengering di kelopak matamu,,
dan mengisyaratkan segala doa diatas semua naungan penantian yang tak berujung,,
Terus saja mengikuti aroma kecintaanmu yang melekat kuat dalam nafasku..
Pada ruang yg kelak kita hujami dg tawa dan kepedihan..
Atau bahkan dg sebuah tanya yg mungkin menyisakan perih,
di tanah yg kita pijak brsama lalu
memusarakan mimpi pd ombak dan desir angin,
yg kerap kali kita abaikan dan tak pernah kita hiraukan..

Aku yg pernah menitipkan setetes air mata digenangan tatapan tajammu
pada sekepal bahagia yg menolak untuk direngkuh..
Bertanya pada dirimu..
"selain sukmaku yang menyeru nyerukan rahasia terdalam dari apa yang kau namakan cinta itu.
Adakah sisi lain serupa bisikan atau perasaan asing yg memojokkanmu dalam ketidak percayaan dan ketidak mampuanmu dalam pembenaran keruntuhan dinding ketegaran..?"
Ketika melihatmu menangis dan mengimani setiap nafasku adalah keinginanmu untuk menemukan jengkal2 rindu yang mengabarkan tentang cinta yang terdalam dari hati..
Ya..
Dari hati yg terangkat dengan segenap asa,,
lalu mengakhiri kesedihan dengan senyum yang menikam dada..

Tidak untuk sepatah kata cinta dari hujan aku memaknai kerindunya..
Tidak pula untuk segala hal tentang kepedihan aku mengamini tangisnya..

Aku mengenalmu dalam ketiadaan yang tak pernah menunjukkan tentang arti apa itu airmata..
Serupa ketika sebuah riwayat dikumandangkan para penyair dalam khampaannya,
lalu tak satupun kata menyisakan tentang arti tetesannya..

Aku berlari..
Berlari dari semua itu..
Tertawa..
Tawa ibarat duri yg melukai hati..
Dan akhirnya titik nol membawaku kembali disini..
Untuk mengenalmu dalam jarak yang sempat tertahan..
Berkali-kali hatiku bergumam "kita harus kembali" ..
"Ya.. kita harus kembali" ..
Secarik kata yg terus terngiang Dalam pencarianku..
Dlm penantianmu..

Jika kesetiaan adalah sesuatu yg tak bisa kita ajak duduk bersama dalam bayang bayang pengingkaran..
Maka, reguklah air mata ini dlm kegersangannya..
Kita nikmati pedih nya..
Kita habiskan untuk menghapus dahaga
dan ketidakpahaman akan sebuah kebencian pada mimpi yg membuat kita terjerat dalam nyanyian yang bernama kemungkinan yg tak pernah pasti..
Lalu diamlah berdiri pada puncak kenangan yang terlanjur menjadi suara suara ketulusan..
Dan..
tersenyumlah..
ketika melihatmu menangis dalam isak yang terbaur sebuah pengorbanan, maka ijinkanlah aku untuk menyembunyikan Airmataku dalam diam dan dalam kecintaan..
Kecintaan yang yang kini terburai menjadi sebuah kehampaan..

Tidak ada komentar: