Senin, 19 Mei 2014

''Celoteh Sendza untuk Nirwana''

Dalam pengasinganmu melawan segala hambar..
Aku ingin sekali menjadi rimba nya hutan, rumah dari segala safar.. 
Atau mnjadi tebing-tebing batu..
Tempatmu sejenak bersandar atas seluruh gusar..
Barangkali pantas bagiku mnjdi sepercik dan sebening mata air bagimu.. 
Menceraikanmu dari peluh dan keluh, 
menggantinya dengan seteguk teduh.. 

Aku ingin menjadi kabut, yang mustahil kau dekap.. 
Menghilang dan pergi tak terduga tertiup angin yang tiba-tiba menyapa.. 
Mungkin yang akan menyesatkan jalanmu.. 
Atau Mungkin pula yang akan memberi isyarat:: 
Bahwa Sudah waktunya berhenti; memberi jeda pada langkah, 
kemudian mencari arah dan celah..

Atau kalau mau, Biarkan aku menjadi selangka edelweis..
Yang sudah jauh-jauh kau tuju hanya demi sekejap sekap dan sekejap harap.. 
Membuatmu kehilangan banyak, demi sebentuk kesadaran::: 
Bahwa tak semua usaha bisa membeli yang berharga.. 
Bahwa tak segala yang kau cintai dapat kau miliki.. 

Atau, bolehkah aku menjadi puncak?.. 
Menjadi tempat terakhirmu menapakan kaki mu.. 
Titik menyudahi petualangan sebelum pulang.. 
Atau sekedar menjadi semilir angin.. 
Membisikimu tentang kelembutan rindu yang terkadang berkalang ragu..
Boleh kah aku menjadi segala benda yang kau rindu?.. 
Atau Bolehkah aku menjadi semua tempat yang ingin kau tuju?.. 
Menjadi rimba nya hutanmu.. 
Mata air mu.. 
Kabutmu.. 
Edelweismu.. 
Puncakmu.. 
Rumah mu.. 
Celotehan Sendza untuk nirwana.. 
Yang selalu berusaha memberi warna.. 
Meski itu fatamorgana..

Tidak ada komentar: