"Sendza"
Kebaikan itu hanya menatap sayu,
melihat keluguan seorang pemuda yang mulai nampak lusuh raut mukanya..
Bagi beranda hati yang tak henti mengharap nur suci..
Bagi seonggok daging yang selalu berharap selamat saat kiamat..
Dengan apa malammu kau pertanggung jawabkan..
Sementara siangmu kerap kau abaikan..
Meski tak seindah mutiara yang dibuat dalam cangkang karang..
Nafsu bejat itu selelu berusaha dia jinakkan..
Nafsu..
Ketika dia mengharap sesuatu yang bukan haknya..
Nafsu..
Ketika semua orang harus sejalan dengan pemikirannya..
Nafsu..
Ketika dia mulai putus asa dengan indah pengharapannya..
Sedang saujana yang terlihat hanya tangisan hangat bunga rumput yang tertutup kelopak takut
Usai memutar biji tashbih…
Kenapa air mata ini tak mau keluar?
Dengan di iringi kepiluan…
''percuma tarian pena ku goreskan melukis syair- syair hikmah kehidupan!,
Sedang hatiku sendiri buta tuk membaca..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar